Minggu, 07 April 2013

Teori Proses Penuaan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Teori proses penuaan

2.1.1     Definisi Menua
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan  fungsi  normalnya  sehingga  tidak  dapat  bertahan  terhadap  jejas  (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,  R., 2000).


2.1.2     Teori proses penuaan
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial.
Teori Biologis
Tingkat Perubahan
Genetika
Gen yang diwariskan dan dampak lingkungan
Dipakai dan rusak (wear and tear)
Kerusakan oleh radikal bebas
Lingkungan
Meningkatnya pajanan terhadap hal-hal yang berbahaya
Imunitas
Integritas sistem tubuh untuk melawan kembali
Neuroendokrin
Kelebihan atau kurangnya produksi hormon
Teori Psikologis
Tingkat Proses
Kepribadian
Introvert lawan ekstrovert
Tugas perkembangan
Maturasi sepanjang rentang kehidupan
Disengagement (pemutusan)
Antisipasi menarik diri
Aktivitas
Membantu mengembangkan usaha
Kontinuitas
Pengembangan individualitas
Ketidakseimbangan sistem
Kompensasi melalui pengorganisasian diri sendiri
Barbara Cole Donlon (Keperawatan Gerontik Edisi 2, EGC, 2007)

Siklus kehidupan manusia :


Menurut Barbara Cole Donlon in Gerontological Nursing, 2006, teori proses penuaan terdiri dari : teori biologis, teori genetika, teori wear and tear, riwayat lingkungan, teori imunitas, teori neuroendokrin, teori psikososiologis, teori kepribadian, teori tugas perkembangan, teori disengagement, teori aktivitas, dan teori kontinuitas.

Menurut Constantinides, 1994, teori proses penuaan terdiri dari :
1.      Teori biologi : teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas, teori rantai silang.
2.      Teori psikologi.
3.      Teori sosial : teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).
4.      Teori spiritual.
Jadi, secara umum, teori proses penuaan, yaitu :
1.      Teori biologi :
1)      Teori seluler : kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah akan terlihat sedikit (Spence and Masson in Watson, 1992).
2)      Teori genetik clock : menua telah diprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar (Hayflck, 1980).
3)      Teori sintesis protein (kolagen dan elastin) : jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal (Tortora and Anagnostakos, 1990).
4)      Teori keracunan oksigen : adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik (Tortora and Anagnostakos, 1990).
5)      Teori sistem imun : mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989).
6)      Teori mutasi somatik (teori error catastrophe) : mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler dan molekular yang bisa disebut juga hipotesis “Error Catastrophe” menurut hipotesis tersebut menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun. Sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA menjadi RNA) maupun dalam proses translasi (RNA menjadi protein/ enzim). Kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat berkembang secara eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika terjadi pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka terjadi kesalahan yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Constantinides, 1994 dikutip oleh Darmojo dan Martono, 2000).
7)      Teori menua akibat metabolisme : pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel, misalnya insulin dan hormon pertumbuhan (MC Kay et all, 1935 dikutip Darmojo dan Martono, 2004).
8)      Teori kerusakan akibat radikal bebas : radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh di fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas bersifat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel, dan dengan gugus SH. Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian radikal bebas tetap lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak dan akhirnya sel mati.
2.      Teori psikologi :
1)      Teori aktivitas atau kegiatan (activity theory) : seseorang yang di masa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah menua, sense of integrity yang dibangun di masa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Nugroho, 2000).
2)       Teori kepribadian berkanjut (continuity theory) : dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal. Perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya (Kuntjoro, 2002).
3)       Teori pembebasan (disengagement theory) : putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni : kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship), dan berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values) (Nugroho, 2002).

2.2  Perubahan Fisik Yang Terjadi Pada Lansia

Berikut secara umum perubahan fisik yang terjadi pada lansia :
1.      Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2.      Sistem pancaindra  :
1)      Pendengaran : presbiakusis, gangguan refles kontrol postural, degenerasi korti, hilangnya neuron di kokhlea, elastisitas membran vibrasi basiler menurun, akumulasi serumen meningkat, atrofi striae vaskularis, degenerasi sel rambut di kanal semi sirkularis, penurunan pendengaran.
2)      Penglihatan : presbiopia, lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang, lapang pandang menyempit.
3)      Raba/ taktil : atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut, liver spot (pigmen coklat), tipis, berbercak, perabaan menurun.
4)      Pengecap : hilangnya tanggap terhadap refleks batuk dan menelan, lipatan suara menghilang, suara gemetar, nada meninggi, kekuatan dan jangkauan menurun, atrofi dan hilangnya elastisitas otot dan tulang rawan larings.
5)      Penciuman : gangguan rasa membau.
3.      Sistem gastrointestinal : penurunan intake, kehilangan gigi (periodental disease), indra pengecap menurun (adanya iritasi kronis selaput lendir, atrofi indra pengecap, hilangnya sensitivitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa asin, asam, pahit), sensitivitas lapar di lambung menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan lambung lama, peristaltik usus lemah hingga timbul konstipasi, fungsi absorpsi lemah, liver mengecil, berkurangnya aliran darah, dan menurunnya tempat penyimpanan lemak, produksi enzim pencernaan menurun, disfagia, BB menurun.
4.      Sistem kardiovaskuler : massa jantung bertambah, ventrikel kiri hipertropi, kemampuan peregangan jantung berkurang, perubahan jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat, konsumsi O2  pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun, katup jantung menebal dan kaku, menurunnya kontraksi dan volume, elastisitas pembuluh darah menurun, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga TD meningkat.
5.      Sistem respirasi : kekuatan otot pernapasan menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, penyempitan pada bronkus.
6.      Sistem endokrin : produksi hormon menurun, penurunan aktivitas tiroid, hormon seksual dan fertilitas menurun, hormon pertumbuhan menurun sehingga menimbulkan osteoporosis.
7.      Sistem hematologi : sumsum tulang mengandung lebih sedikit sel hemopoitik, respon regeneratif terhadap hilang darah atau terapi anemia pernisiosa agak berkurang, timbul penyakit anemia defisiensi besi, megaloblastik, anemia penyakit kronis.
8.      Persendian : jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament, fasia mengalami penurunan elastisitas, ligament dan jaringan periarkular mengalami daya lentur, terjadi degenerasi, erosi, dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi, fleksibilitas sendi menurun sehingga luas dan gerak sendi menurun, kaku sendi.
9.      Sistem urogenital dan tekanan darah : terjadi penebalan kapsula bowman, gangguan permeabilitas terhadap solut yang akan difiltrasi, nefron mengalami penurunan jumlah dan timbul atrofi pada ginjal, aliran darah di ginjal menurun, penebalan intima pada pembuluh darah atau tunika media akibat aterosklerosis dan proses menua, kelenturan pembuluh darah tepi meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat.
10.  Sistem persyarafan : berat otak menurun, meningen menebal, degenerasi pigmen substantia nigra, parkinson dan demensia, vaskularisasi otak menurun, tia, stroke, gangguan persepsi analisis berkurang, memori jangka panjang dan pendek menurun, lebih egois dan introvert kaku dalam memecahkan masalah, gangguan merasa panas, dingin, nyeri.
11.  Sistem integumen : kulit menipis, kering, fragil, berubah warna, rambut menipis, beruban, kuku menipis, mudah patah, pertumbuhan lambat, beralur, elastisitas kulit menurun, purpura senilis, bercak campbell de morgan, berkurangnya bantalan akibat penurunan lemak subkutan, degenerasi kolagen, atrofi epidermis, kelenjar keringat, folikel rambut,perubahan pigmenter.
12.  Sistem muskuloskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian kaku dan membesar akibat atrofi otot, kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
13.  Sistem reproduksi :
1)      Pada lansia wanita terjadi : menciutnya ovarium dan uterus, atrofi pada payudara, menopouse, selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifat sekresi menjadi alkali.
2)      Pada lansia pria : testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun terjadi penurunan berangsur-angsur, dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun.

2.3  Perubahan Psikologis Dan Psikososial Yang Terjadi Pada Lansia

1.      Perubahan psikologis pada lansia : frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan ansietas.
2.      Perubahan psikososial pada lansia : pensiun, perubahan aspek kepribadian, perubahan dalam peran sosial di masyarakat, perubahan minat, penurunan fungsi dan potensi seksual.

2.4  Perubahan Kognitif Dan Spiritual Pada Lansia

1.      Perubahan kognitif pada lansia : memory (daya ingat/ ingatan) mengalami penurunan baik ingatan jangka panjang (long term memory) maupun ingatan jangka pendek (short term memory), IQ (intellegent Quocient) tidak mengalami perubahan pada informasi matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan verbal, namun persepsi dan daya membayangkan (fantasi menurun). Fungsi intelektual dapat stabil (crystallized intelligent) ataupun menurun (fluid intelligent), kemampuan belajar (learning) terganggu dengan adanya demensia, kemampuan pemahaman (comprehension) atau menangkap pengertian pada lansia menurun, pemecahan masalah (problem solving) mengalami penurunan, pengambilan keputusan (decission making) lambat, kebijaksanaan (wisdom) semakin matang, kinerja (performance) mengalami penurunan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, motivasi cukup besar.
2.      Perubahan spiritual pada lansia : agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupannya, lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya, spiritualitas lansia bersifat universal, sikap menerima terhadap kematian.

2.5  Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia

Sifat penyakit pada lansia :
1.      Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen).
2.      Gejala penyakit sering tidak khas/ tidak jelas.
3.      Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi).
4.      Sering mengalami gangguan jiwa seperti depresi.
Dikemukakan 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua, yakni :
1.    Gangguan sirkulasi darah, ex. : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner), dan ginjal.
2.    Gangguan metabolisme hormonal, ex. : diabetes mellitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
3.    Gangguan pada persendian, ex. : osteoartitis, gout artritis, ataupun penyakit kolagen lainnya.
4.    Berbagai macam neoplasma.

Menurut the national old people’s welfare council di Inggris, mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lansia, yaitu :
1.    Depresi mental.
2.    Gangguan pendengaran.
3.    Bronkitis kronis.
4.    Gangguan pada tungkai/ sikap berjalan.
5.    Gangguan pada coccygs/ sendi panggul.
6.    Anemia.
7.    Demensia.
8.    Gangguan penglihatan.
9.    Ansietas/ kecemasan.
10.                        Dekompensasi kordis.
11.                        Diabetes mellitus, osteomalisia, dan hipotiroidisme.
12.                        Gangguan pada defekasi.

Penyakit lanjut usia di Indonesia :
1.    Penyakit-penyakit sistem pernapasan.
2.    Penyakit-penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah.
3.    Penyakit pencernaan makanan.
4.    Penyakit urogenital.
5.    Penyakit gangguan metabolik/ endokrin.
6.    Penyakit pada persendian dan tulang.
7.    Penyakit-penyakit akibat proses keganasan.

Penanggulangan masalah terkait proses penuaan alami :
1.      Penanggulangan masalah akibat perubahan fungsi tubuh :
1)      Perawatan diri sehari-hari.
2)      Senam/ latihan pergerakan secara teratur.
3)      Pemeriksaan kesehatan secara rutin.
4)      Mengikuti kegiatan yang masih mampu dilakukan.
5)      Minum obat secara teratur jika sakit.
6)      Memakan makanan bergizi.
7)      Minum air putih paling sedikit 8 gelas per hari.
2.      Penanggulangan masalah akibat perubahan psikologis :
1)      Mengenal masalah yang sedang dihadapi.
2)      Memiliki keyakinan dalam memandang masalah.
3)      Menerima proses penuaan.
4)      Memberi nasihat dan pandangan.
5)      Beribadah secara teratur.
6)      Terlibat dalam kegiatan sosial maupun keagamaan.
7)      Sabar dan tawakkal.
8)      Mempertahankan kehidupan seksual.
3.      Penanggulangan akibat perubahan sosial di masyarakat :
1)      Memiliki pandangan atau wawasan.
2)      Saling mengunjungi (mempertahankan silaturahmi).
3)      Melakukan kegiatan rekreasi.






BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Setelah memahami uraian di atas, maka kesimpulan logis mengenai proses menua adalah kombinasi dari :
1.      Suatu proses yang telah ditentukan secara genetik pada setiap spesies.
2.      Adanya mutasi somatik yang beruntun secara berantai hingga pada suatu waktu kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat meledak sebagai katastrop. Disini menyangkut kesalahan pada proses transkripsi dan translasi (pembentukan RNA dan protein).
3.      Adanya kerusakan sistem imun tubuh terbentuk sebagai proses heteroimunitas maupun autoimunitas.
4.      Adanya kerusakan sel, jaringan dan organ tubuh akibat radikal bebas yang dapat terbentuk dalam badan sendiri.
5.      Peristiwa menua akibat metabolisme badan sendiri karena kalori yang berlebihan atau kurangnya aktivitas.
Tentu saja akibat penuaan para lansia akan mengalami berbagai perubahan dalam dirinya, seperti perubahan fisik, psikologis, psikososial, kognitif, dan spiritual, sehingga memungkinkan menimbulkan berbagai masalah/ penyakit akibat proses degeneratif.

3.2  Saran

Diharapkan setelah mempelajari dan memahami teori proses penuaan, mahasiswa/i keperawatan dapat mengenali teori proses penuaan, perubahan yang terjadi pada lansia, dan mengetahui penyakit yang sering muncul pada lansia agar dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia dapat menyeluruh tidak mengabaikan kebutuhan bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Sumber :

Boedhi Darmojo, R. 2006. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
R. Siti Maryam et. All. 2008. Mengenal Usia Lanjut. Jakarta : Salemba Medika.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Stanley, Mickey. 2006. Gerontological Nursing : A Health Promotion/ Protection Approach, 2nd ed. Jakarta : EGC.

Website :