BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
proses penuaan
2.1.1 Definisi
Menua
Menua
adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, R., 2000).
2.1.2 Teori
proses penuaan
Teori-teori yang
menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan ke
dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial.
Teori Biologis
|
Tingkat Perubahan
|
Genetika
|
Gen
yang diwariskan dan dampak lingkungan
|
Dipakai
dan rusak (wear and tear)
|
Kerusakan
oleh radikal bebas
|
Lingkungan
|
Meningkatnya
pajanan terhadap hal-hal yang berbahaya
|
Imunitas
|
Integritas
sistem tubuh untuk melawan kembali
|
Neuroendokrin
|
Kelebihan
atau kurangnya produksi hormon
|
Teori Psikologis
|
Tingkat Proses
|
Kepribadian
|
Introvert
lawan ekstrovert
|
Tugas
perkembangan
|
Maturasi
sepanjang rentang kehidupan
|
Disengagement
(pemutusan)
|
Antisipasi
menarik diri
|
Aktivitas
|
Membantu
mengembangkan usaha
|
Kontinuitas
|
Pengembangan
individualitas
|
Ketidakseimbangan
sistem
|
Kompensasi
melalui pengorganisasian diri sendiri
|
Barbara
Cole Donlon (Keperawatan Gerontik Edisi 2, EGC, 2007)
Siklus kehidupan
manusia :
Menurut Barbara Cole
Donlon in Gerontological Nursing, 2006,
teori proses penuaan terdiri dari : teori biologis, teori genetika, teori wear
and tear, riwayat lingkungan, teori imunitas, teori neuroendokrin, teori
psikososiologis, teori kepribadian, teori tugas perkembangan, teori
disengagement, teori aktivitas, dan teori kontinuitas.
Menurut Constantinides,
1994, teori proses penuaan terdiri dari :
1. Teori
biologi : teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stress, teori
radikal bebas, teori rantai silang.
2. Teori
psikologi.
3. Teori
sosial : teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri
(disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan
(continuity theory), teori perkembangan (development theory), dan teori
stratifikasi usia (age stratification theory).
4. Teori
spiritual.
Jadi,
secara umum, teori proses penuaan, yaitu :
1. Teori
biologi :
1) Teori seluler : kemampuan sel hanya dapat membelah
dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah 50
kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di
laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit (Spence and Masson in Watson, 1992).
2) Teori
genetik clock : menua telah diprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam nuclei (inti selnya) suatu jam
genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar (Hayflck,
1980).
3) Teori sintesis protein (kolagen dan elastin) :
jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia
pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk
dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Hal ini dapat lebih
mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan
elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada sistem muskuloskeletal (Tortora and Anagnostakos, 1990).
4) Teori
keracunan oksigen : adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh
untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar
yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami
perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik (Tortora and
Anagnostakos, 1990).
5) Teori
sistem imun : mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi,
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan
pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun
tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun (Goldstein, 1989).
6) Teori
mutasi somatik (teori error catastrophe) : mekanisme pengontrolan genetik dalam
tingkat sub seluler dan molekular yang bisa disebut juga hipotesis “Error
Catastrophe” menurut hipotesis tersebut menua disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan yang beruntun. Sepanjang kehidupan setelah berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA
menjadi RNA) maupun dalam proses translasi (RNA menjadi protein/ enzim).
Kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah. Kesalahan
tersebut dapat berkembang secara eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya
reaksi metabolisme yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi
jika terjadi pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka
terjadi kesalahan yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop
(Constantinides, 1994 dikutip oleh Darmojo dan Martono, 2000).
7) Teori
menua akibat metabolisme : pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori
tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa
proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang
pruferasi sel, misalnya insulin dan hormon pertumbuhan (MC Kay et all, 1935
dikutip Darmojo dan Martono, 2004).
8) Teori
kerusakan akibat radikal bebas : radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas
dan di dalam tubuh di fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam
rantai pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas bersifat merusak karena
sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak
jenuh, seperti dalam membran sel, dan dengan gugus SH. Walaupun telah ada
sistem penangkal, namun sebagian radikal bebas tetap lolos, bahkan makin lanjut
usia makin banyak radikal bebas terbentuk sehingga proses pengrusakan terus
terjadi, kerusakan organel sel makin banyak dan akhirnya sel mati.
2. Teori
psikologi :
1) Teori
aktivitas atau kegiatan (activity theory) : seseorang yang di masa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua, sense of integrity yang dibangun di masa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan
pada cara hidup dari usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Nugroho,
2000).
2)
Teori kepribadian berkanjut (continuity
theory) : dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan
dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan
hubungan interpersonal. Perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya (Kuntjoro, 2002).
3)
Teori pembebasan (disengagement theory) :
putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu
dengan individu lainnya. Dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda (triple loss), yakni : kehilangan peran (loss of role),
hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship), dan
berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values) (Nugroho,
2002).
2.2 Perubahan
Fisik Yang Terjadi Pada Lansia
Berikut
secara umum perubahan fisik yang terjadi pada lansia :
1. Sel : jumlah berkurang, ukuran
membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2. Sistem pancaindra :
1) Pendengaran
: presbiakusis, gangguan refles kontrol postural, degenerasi korti, hilangnya
neuron di kokhlea, elastisitas membran vibrasi basiler menurun, akumulasi
serumen meningkat, atrofi striae vaskularis, degenerasi sel rambut di kanal
semi sirkularis, penurunan pendengaran.
2) Penglihatan
: presbiopia, lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa
lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat
berkurang, lapang pandang menyempit.
3) Raba/
taktil : atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut, liver spot (pigmen
coklat), tipis, berbercak, perabaan menurun.
4) Pengecap
: hilangnya tanggap terhadap refleks batuk dan menelan, lipatan suara
menghilang, suara gemetar, nada meninggi, kekuatan dan jangkauan menurun,
atrofi dan hilangnya elastisitas otot dan tulang rawan larings.
5) Penciuman
: gangguan rasa membau.
3. Sistem
gastrointestinal : penurunan intake, kehilangan gigi (periodental disease),
indra pengecap menurun (adanya iritasi kronis selaput lendir, atrofi indra
pengecap, hilangnya sensitivitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa
asin, asam, pahit), sensitivitas lapar di lambung menurun, asam lambung
menurun, waktu mengosongkan lambung lama, peristaltik usus lemah hingga timbul
konstipasi, fungsi absorpsi lemah, liver mengecil, berkurangnya aliran darah,
dan menurunnya tempat penyimpanan lemak, produksi enzim pencernaan menurun,
disfagia, BB menurun.
4. Sistem
kardiovaskuler : massa jantung bertambah, ventrikel kiri hipertropi, kemampuan
peregangan jantung berkurang, perubahan jaringan ikat dan penumpukan lipofusin
dan klasifikasi SA node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat,
konsumsi O2 pada tingkat maksimal
berkurang sehingga kapasitas paru menurun, katup jantung menebal dan kaku,
menurunnya kontraksi dan volume, elastisitas pembuluh darah menurun,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga TD meningkat.
5. Sistem
respirasi : kekuatan otot pernapasan menurun dan kaku, elastisitas paru menurun,
kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar
dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, penyempitan pada bronkus.
6. Sistem
endokrin : produksi hormon menurun, penurunan aktivitas tiroid, hormon seksual
dan fertilitas menurun, hormon pertumbuhan menurun sehingga menimbulkan
osteoporosis.
7. Sistem
hematologi : sumsum tulang mengandung lebih sedikit sel hemopoitik, respon
regeneratif terhadap hilang darah atau terapi anemia pernisiosa agak berkurang,
timbul penyakit anemia defisiensi besi, megaloblastik, anemia penyakit kronis.
8. Persendian
: jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament, fasia mengalami
penurunan elastisitas, ligament dan jaringan periarkular mengalami daya lentur,
terjadi degenerasi, erosi, dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi,
fleksibilitas sendi menurun sehingga luas dan gerak sendi menurun, kaku sendi.
9. Sistem
urogenital dan tekanan darah : terjadi penebalan kapsula bowman, gangguan
permeabilitas terhadap solut yang akan difiltrasi, nefron mengalami penurunan
jumlah dan timbul atrofi pada ginjal, aliran darah di ginjal menurun, penebalan
intima pada pembuluh darah atau tunika media akibat aterosklerosis dan proses
menua, kelenturan pembuluh darah tepi meningkat sehingga menyebabkan tekanan
darah sistolik meningkat.
10. Sistem
persyarafan : berat otak menurun, meningen menebal, degenerasi pigmen
substantia nigra, parkinson dan demensia, vaskularisasi otak menurun, tia,
stroke, gangguan persepsi analisis berkurang, memori jangka panjang dan pendek
menurun, lebih egois dan introvert kaku dalam memecahkan masalah, gangguan
merasa panas, dingin, nyeri.
11. Sistem
integumen : kulit menipis, kering, fragil, berubah warna, rambut menipis,
beruban, kuku menipis, mudah patah, pertumbuhan lambat, beralur, elastisitas
kulit menurun, purpura senilis, bercak campbell de morgan, berkurangnya
bantalan akibat penurunan lemak subkutan, degenerasi kolagen, atrofi epidermis,
kelenjar keringat, folikel rambut,perubahan pigmenter.
12. Sistem
muskuloskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),
bungkuk (kifosis), persendian kaku dan membesar akibat atrofi otot, kram,
tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
13. Sistem
reproduksi :
1) Pada
lansia wanita terjadi : menciutnya ovarium dan uterus, atrofi pada payudara, menopouse,
selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifat sekresi menjadi alkali.
2) Pada
lansia pria : testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun terjadi
penurunan berangsur-angsur, dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70
tahun.
2.3 Perubahan
Psikologis Dan Psikososial Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan psikologis pada lansia : frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
keinginan, depresi dan ansietas.
2. Perubahan psikososial pada lansia : pensiun,
perubahan aspek kepribadian, perubahan dalam peran sosial di masyarakat,
perubahan minat, penurunan fungsi dan potensi seksual.
2.4 Perubahan
Kognitif Dan Spiritual Pada Lansia
1. Perubahan
kognitif pada lansia : memory (daya ingat/ ingatan) mengalami penurunan baik
ingatan jangka panjang (long term memory) maupun ingatan jangka pendek (short
term memory), IQ (intellegent Quocient) tidak mengalami perubahan pada
informasi matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan verbal, namun
persepsi dan daya membayangkan (fantasi menurun). Fungsi intelektual dapat
stabil (crystallized intelligent) ataupun menurun (fluid intelligent),
kemampuan belajar (learning) terganggu dengan adanya demensia, kemampuan
pemahaman (comprehension) atau menangkap pengertian pada lansia menurun,
pemecahan masalah (problem solving) mengalami penurunan, pengambilan keputusan
(decission making) lambat, kebijaksanaan (wisdom) semakin matang, kinerja
(performance) mengalami penurunan baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
motivasi cukup besar.
2. Perubahan
spiritual pada lansia : agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam
kehidupannya, lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya, spiritualitas
lansia bersifat universal, sikap menerima terhadap kematian.
2.5 Penyakit
Yang Sering Terjadi Pada Lansia
Sifat
penyakit pada lansia :
1. Penyebab
penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen).
2. Gejala
penyakit sering tidak khas/ tidak jelas.
3. Memerlukan
lebih banyak obat (polifarmasi).
4. Sering
mengalami gangguan jiwa seperti depresi.
Dikemukakan 4 penyakit yang sangat erat hubungannya
dengan proses menua, yakni :
1.
Gangguan sirkulasi darah, ex. :
hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner),
dan ginjal.
2.
Gangguan metabolisme hormonal, ex. :
diabetes mellitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
3.
Gangguan pada persendian, ex. :
osteoartitis, gout artritis, ataupun penyakit kolagen lainnya.
4.
Berbagai macam neoplasma.
Menurut the national old people’s
welfare council di Inggris, mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada
lansia, yaitu :
1.
Depresi mental.
2.
Gangguan pendengaran.
3.
Bronkitis kronis.
4.
Gangguan pada tungkai/ sikap berjalan.
5.
Gangguan pada coccygs/ sendi panggul.
6.
Anemia.
7.
Demensia.
8.
Gangguan penglihatan.
9.
Ansietas/ kecemasan.
10.
Dekompensasi kordis.
11.
Diabetes mellitus, osteomalisia, dan
hipotiroidisme.
12.
Gangguan pada defekasi.
Penyakit lanjut usia di Indonesia :
1.
Penyakit-penyakit sistem pernapasan.
2.
Penyakit-penyakit kardiovaskuler dan
pembuluh darah.
3.
Penyakit pencernaan makanan.
4.
Penyakit urogenital.
5.
Penyakit gangguan metabolik/ endokrin.
6.
Penyakit pada persendian dan tulang.
7.
Penyakit-penyakit akibat proses
keganasan.
Penanggulangan masalah terkait
proses penuaan alami :
1. Penanggulangan
masalah akibat perubahan fungsi tubuh :
1) Perawatan
diri sehari-hari.
2) Senam/
latihan pergerakan secara teratur.
3) Pemeriksaan
kesehatan secara rutin.
4) Mengikuti
kegiatan yang masih mampu dilakukan.
5) Minum
obat secara teratur jika sakit.
6) Memakan
makanan bergizi.
7) Minum
air putih paling sedikit 8 gelas per hari.
2. Penanggulangan
masalah akibat perubahan psikologis :
1) Mengenal
masalah yang sedang dihadapi.
2) Memiliki
keyakinan dalam memandang masalah.
3) Menerima
proses penuaan.
4) Memberi
nasihat dan pandangan.
5) Beribadah
secara teratur.
6) Terlibat
dalam kegiatan sosial maupun keagamaan.
7) Sabar
dan tawakkal.
8) Mempertahankan
kehidupan seksual.
3. Penanggulangan
akibat perubahan sosial di masyarakat :
1) Memiliki
pandangan atau wawasan.
2) Saling
mengunjungi (mempertahankan silaturahmi).
3)
Melakukan kegiatan rekreasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah
memahami uraian di atas, maka kesimpulan logis mengenai proses menua adalah
kombinasi dari :
1. Suatu
proses yang telah ditentukan secara genetik pada setiap spesies.
2. Adanya
mutasi somatik yang beruntun secara berantai hingga pada suatu waktu
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat meledak sebagai katastrop. Disini
menyangkut kesalahan pada proses transkripsi dan translasi (pembentukan RNA dan
protein).
3. Adanya
kerusakan sistem imun tubuh terbentuk sebagai proses heteroimunitas maupun
autoimunitas.
4. Adanya
kerusakan sel, jaringan dan organ tubuh akibat radikal bebas yang dapat
terbentuk dalam badan sendiri.
5. Peristiwa
menua akibat metabolisme badan sendiri karena kalori yang berlebihan atau
kurangnya aktivitas.
Tentu
saja akibat penuaan para lansia akan mengalami berbagai perubahan dalam
dirinya, seperti perubahan fisik, psikologis, psikososial, kognitif, dan
spiritual, sehingga memungkinkan menimbulkan berbagai masalah/ penyakit akibat
proses degeneratif.
3.2 Saran
Diharapkan
setelah mempelajari dan memahami teori proses penuaan, mahasiswa/i keperawatan
dapat mengenali teori proses penuaan, perubahan yang terjadi pada lansia, dan
mengetahui penyakit yang sering muncul pada lansia agar dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lansia dapat menyeluruh tidak mengabaikan kebutuhan
bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Sumber :
Boedhi
Darmojo, R. 2006. Buku Ajar Geriatri.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
R.
Siti Maryam et. All. 2008. Mengenal Usia
Lanjut. Jakarta : Salemba Medika.
Azizah,
Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Stanley,
Mickey. 2006. Gerontological Nursing : A
Health Promotion/ Protection Approach, 2nd ed. Jakarta : EGC.
Website
: